Untukmu
wahai sahabat
Wahai
sahabat, mari kita buat janji pada hari ini bahwa takkan ada yang memisahkan
darah yang telah mengalir dalam tubuh kita berdua. Untuk itu, temanilah diriku
dalam perjamuan terakhir pada istana seribu pilar langit atau taman kasihku.
Jamuannya adalah madu dalam cangkir yang telah dilapisi oleh darah, keringat
dan airmata. Dan wanginya eukaliptus yang dapat memabukkan jiwa tanpa harus
bercampur dengan anggur. Dan lepaskanlah kunang-kunang sebagai pengganti lilin,
karena kali ini kita tidak membutuhkan kehadiran cahaya yang menerangi namun ia
membakar diri. Jika kau anggap perlu maka tebarlah permadani yang terbuat dari
anyaman rumput, dan buanglah segala kursi dan meja perjamuan karena kita tidak
membutuhkannya. Karena kita kan... membebaskan diri kita untuk bersandar tanpa
pembatas pada pundak bumi.
Baiklah
sahabat, rasanya sudah cukup persiapan jamuan terakhir bagi diriku setelah
kulengkapi dengan simfoni langit malam. Sahabat, kau telah menemaniku selama
ini dan tak ada rangkaian kata-kata yang dapat menyempurnakan ucapan
terimakasihku pada mu. Kaulah tempatku menyandarkan tulang dan tubuhku ketika
ku lelah berjalan dan lemah tak berdaya, kaulah tempatku untuk berbagi
kesedihan, kaulah tempatku untuk menitipkan dan menjaga seluruh rahasiaku,
kaulah tempatku untuk berkaca atas segala tindakanku, kaulah tempatku untuk
menyimpan airmata dan kaulah perisai serta cahaya bagi hidupku.
Selama ini
kau tak pernah mengkhianatiku, dan tak pernah berlari meninggalkanku. Namun
sobat, aku bukanlah pemilik atas raga ini, aku hanya meminjamnya dengan sebuah
perjanjian untuk mentaatiNya. Setelah hari ini, aku kan menyempurnakan janjimu
padaku sehingga terbebaslah dirimu atas tanggungan diriku. Dan aku pun tak kan
pernah mengkhianatimu serta meninggalkanmu, hingga kematian merenggut segala
janji manusia.
Aku telah
banyak menyusahkanmu dalam hidup kali ini, dan mungkin akan menyusahkanmu
kembali pada saat akhir perjamuan. Jika kau berkenan maka temanilah diriku
hingga jiwaku berpisah atas ragaku dan kembali kepada Tangan Yang Memilikinya.
Jangan biarkan diriku sendiri ketika semuanya berlalu. Satukanlah kedua
tanganku di atas dadaku dan basuhlah keningku dengan air suci yang mengalir
dari kedua mataku, tapi jangan pernah kau campur dengan air matamu.
Baiklah
sebelum semuanya berlalu, kita minum bersama dari cangkir yang sama, madu yang
sama dan kita dengarkan simfoni langit malam. Sungguh kau tak pernah mengambil
hak ku, dan ku tak pernah mengambil hak mu. Jika kau berkenan akan ku berikan
seluruh sisa hak ku kepada mu saat ini. Sahabat, nampaknya mata ini kian
memberat dan nafas ini kian saja mencekik leherku. Baiklah sahabat, mungkin
semuanya akan mulai berlalu.
Dengarlah
sahabatku, jika setelah ini kekasih yang tak pernah ku miliki datang mencariku,
maka katakanlah kepadanya bahwa aku telah melakukan yang terbaik atas hal-hal
yang ku bisa lakukan. Katakan kepadanya cinta lebih terasa bermakna ketika
nampak kemustahilan untuk menggapainya, cinta tidak membuatku lemah namun
membuatku bertahan hingga detik terakhir –walaupun apa yang ku rasakan lebih
banyak rasa sakit atasnya-. Katakan padanya bahwa kepingan hati yang telah dia
hancurkan dahulu telah ku rangkai kembali menjadi istana tanpa tahta yang akan
selalu menunggu kehadirannya. Katakan kepadanya bahwa pilar-pilar yang
menyangga mimpi dan harapan yang dahulu ia luluhlantahkan telah ku bangun
kembali dan menunggu dirinya untuk menggantungkan kembali mimpi dan harapan
tersebut.
Sahabat,
jika ia menanyakan dimanakah kedamaian setelah ini berlalu, maka katakanlah
kepadanya bahwa telah ku tinggalkan untuknya beberapa tahun yang lalu namun
dirinya tak kunjung datang dan kini ku kembalikan damai kepada Pemiliknya. Jika
ia menanyakan tentang cintaku padanya, maka katakanlah bahwa ku membiarkannya
pada mataku dan bagian besar pada hatiku yang tak lagi bernyawa. Jika ia
menanyakan tentang kebahagiaan, maka katakan kepadanya bahwa kebahagiaan
tersebut telah ia rampas dahulu ketika dia meninggalkanku dan tidak ada lagi
yang tersisa kini. Dan jika ia menanyakan tentang segala janji yang pernah ku
ucapkan, maka katakanlah kepadanya bahwa janji adalah seperti duri yang menusuk
pada dagingku, aku akan berusaha memenuhinya walaupun terlambat dan jika sampai
akhir hidupku masih ada janji yang tertinggal maka bantulah aku untuk
memenuhinya terkecuali tentang cinta –karena telah ku berikan kesempatan
baginya dahulu- dan kehidupanku -yang ku tak punya kuasa atasnya-.
Wahai
sahabat, ambilkanlah air suci yang bergelinang di kedua mataku dan basuhlah
keningku dengannya. Ah mungkin akan lebih baik jika diriku menuliskan pesan
bagi kekasihku. Sahabat ambilkanlah kertas dan pena agar ku dapat menuliskan
pesan untuk kekasih ku yang mungkin akan datang. Wahai sang waktu berikanlah
aku detik-detik untuk menuliskan apa-apa yang telah lama ku simpan dalam
hatiku.
Untukmu
,jiwaku yang telah hilang
Wahai jiwa
yang lama telah ku tunggu,
Dalam
hidupku aku telah mencintai sedikit jiwa, dan tak sadar telah kugantungkan
segala impian dan harapan. Dan tak sedikitpun aku menyesalinya, bagiku cinta
adalah pelita dan perisai hidup. Tuhanku telah menciptakannya di dalam hatiku
dan aku tidak ingin berpaling atasnya.
Kau adalah
segalanya bagiku, kau adalah nafas bagi tubuhku, kau adalah cahaya bagi hatiku,
kau adalah sumber imajinasi yang bersemayam di dalam benakku. Senyummu adalah
tetesan embun yang membasahi kedua bibirku dan menjagaku dari dahaga, suaramu
adalah doa bagi jiwaku yang terus saja gelisah, belaianmu adalah kelembutan
bagi hatiku yang mengeras batu dan dekapanmu adalah kehangatan bagi hidupku
yang sunyi, dingin dan sepi.
Pada saat
kau membaca pesan ini maka aku telah memenuhi janjiku untuk menunggumu sampai
kematian merenggut janjiku atasmu. Jika kau masih menanyakan cinta maka aku tak
dapat mengucapkan selain telah ku habiskan seluruh ruang dalam hatiku untuk mu.
Cinta telah
mempertemukan dan menyatukan kami, dan juga cinta yang telah memisahkan kami.
Jika cinta tak membawa kau kembali untukku di kehidupan ini, maka cinta kan
menyatukan kau dan aku di kehidupan yang akan datang.
Belahan jiwa
yang terpisah
Sahabat,
sampaikanlah pesan tertulis ini juga kepadanya jika ia datang. Wahai sahabat,
rasanya aku tak dapat lagi menahan segalanya, lepaskanlah dan iringi
kepergianku. Temanilah jasadku hingga ku sama sekali tidak bergerak, kaku.
Biarkanlah kepergianku dalam damai dan jangan biarkan tetes airmatamu
memberatkan kepergianku. Setelah semuanya berlalu, tempatkanlah aku di atas
bukit sehingga aku dapat melihat dan menunggu kedatangan kekasihku dalam tidur abadiku.
Terimakasih wahai penjaga rahasiaku, pengiring hidupku, aku tak dapat
mendampingimu lagi dan aku kan menunggumu di kehidupan yang akan datang, jika
Tuhanku mengizinkannya. Terimakasih sahabatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar